Skip to main content

Kisah Seram Nyata : Perkemahan Tambang Emas Ojolali (Bagian 4)

Kisah Sebelumnya

         Aku dan reguku langsung mendirikan tenda di lokasi tersebut. Butuh sekitar satu jam untuk mendirikan tenda yang kokoh untuk ditempati. Setelah sebagian besar tenda dari sekolah kami selesai didirikan, rombongan sekolah dari sekolah A kasui dan Sekolah B Baradatu datang. Seperti kami, mereka juga mendirikan tenda tetapi spot mereka agak ke timur sedang sekolah kita di sebelah barat.

          Bunyi peluit panjang terdengar. Seluruh regu dari semua sekolah berkumpul kearah sumber bunyi. Setelah semua murid berkumpul dan berbaris di sebuah area kosong di dekat landasan helicopter, Pak Iman pun datang memberi arahan dan juga susunan acara pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Dan untuk hari ini, kegiatan kepramukaan akan diadakan pada malam hari, jadi pada hari itu, kami dibebaskan melakukan kegiatan lain sampai maghrib. Aku pun bersama nata, wahyu dan beberapa murid laki-laki dari regu lain memutuskan untuk berjalan-jalan melihat bangunan yang telah dihancurkan tersebut. Kamipun berjalan ke sebelah timur dan melewati jalanan menurun. Saat kami sedang berjalan, kami melihat sekumpulan siswi sekolah kami sedang mengitari sebuah sumur. Kami pun memutuskan untuk melihatnya.

“Ada apa yu” tanya Nata kepada seorang siswi, sebut saja namanya Ayu.

“Ini lagi nimba air buat masak” kata Ayu

           Disamping sumur tersebut ada seorang Bapak yang berusia setengah baya yang sibuk dengan parang dan bamboo. Saya rasa dia pemilik sumur tersebut. Melihat bapak tersebut, timbullah rasa penasaranku tentang bangunan yang di hancurkan tersebut. Aku pun memberanikan menyapanya.

“Permisi Pak” kata ku sambil tersenyum “Pak, saya mau nanya di sini kok banyak bangunan yang rusak seperti dihancurkan secara sengaja ya pak. Kira kira kenapa ya pak?” Tanya ku panjang lebar.

“Yah bagaimana lagi, Orang ini punya warga” kata bapak tersebut singkat sambil tangannya mengacungkan kearah banguanan banguan yang tampak runtuh tersebut.

Aku sebenarnya bingung dengan jawaban singkat tersebut. Ingin rasanya aku bertanya lebih lanjut, tetapi panggilan temanku mengurungkan niatku tersebut.

“Mam, yok ke bawah nyari tempat mandi” kata Nata memanggilku.

Aku pun menengok ke arah Nata dan dia bersama temanku yang lainnya telah berjalan menjauh ke arah utara. Saat aku melihat bapak tadi, aku melihat dia menatap kami. Aku tak dapat mengartikan tatapan kosong tersebut.

“Mau kemana ni? Tanyaku kepada temanku

“Nyari tempat mandi di bawah, siapa tau ada belik (belik adalah sumur kecil berukuran satu meter yang di dalamnya terdapat mata air)

         Kami pun melewati jalanan menurun, suasana cukup rindang di jalanan tersebut karena ditumbuhi pohon berdaun lebat seperti Jati, dan Mahoni. Kamipun semakin turun kearah bawah, hingga tak Nampak lagi tenda-tenda di bagian atas. Ketika kami sedang berjalan sambil memerhatikan sekitar mencari tempat sekitar, tiba-tiba terdengar panggilan.

“Mas, mau ngapain? Mau mandi ya” 

Kamipun menengok kea rah sumber suara tersebut. Kami melihat dua orang pria berumur separuh baya dan remaja sedang berjalan dari arah atas, kemudian mereka menghampiri kami.

“Ia mas” jawab Wahyu

      “Sini, kalo mau mandi kesini saja” ajak pria tersebut dan mereka pun mengajak kami turun semakin ke bawah. Sekilas aku perhatikan mereka seperti pekerja penggali emas, karena baju yang mereka kenakan kotor dan berwarna kecoklatan layaknya kotor karena terkena tanah.

         Kamipun kemudian mengikuti langakah kedua pria tersebut. Tiba-tiba langkah mereka terhenti di rumpun bambu. Mereka pun menunjukan kepada kita sebuah tempat yang berbentuk persegi panjang dengan panjang dengan air yang menggenag di dalamnya. 

            Di pojok bawah kolam tersebut terdapat alat seperti alat penyaring emas yang terlihat berkarat. Kedua pria tersebut pun menceburkan dirinnya ke kolam renang tersebut tanpa membuka baju maupun celana panjang yang mereka kenakan. Kemudian tanpa diberi komando lebih lanjut, kami pun ikut menceburkan diri setelah membuka baju kita masing-masing. Kita pun mandi dan bermain lempar-lamparan lumpur. Tiba-tiba teman kami yang berasal dari regu lain, sebut saja Raka berteriak

“Woi, mas-masnya tadi mana, kita pulang yok, udah sore nih”

“Iya ya , mana ya, tadikan ikut mandi, kok sekarang ga ada padahal kita ga liat dia keluar dari kolam” timpal Wahyu

Kami pun berpandangan sejenak, dan tiba-tiba Raka terika histeris

“woi ayo pulang woi. Udah mau maghrib nih. Jangan-jangan yang tadi bukan manusia.

         Aku pun baru sadar kalo kolam tersebut tepat berada di bawah rimbunan bambu. Aku semakin ngeri. Aku segera berlari untuk keluar dari kolam tersebut. Langkah kakiku terasa berat karena lumpur yang berada di kolam tersebut. Setelah keluar dari kolam kamipun langsung lari terbirit-birit. Setelah merasa jauh dari kolam tersebut, kami pun menghentikan lari kami dan melangkah seperti biasa.

“Woi jalan ke tenda lewat mana ni” tanyaku

Kami langsung melihat sekitar, semuannya pohon. Kami telah jauh ke bawah. 

“Sini, lewat sini” Kata Danu, teman kami yang juga tidak satu regu dengan ku. Danu pun mengikuti  jalan setapak yang membawa kita naik ke atas. Setelah beberapa menit, akmi melihat ujung tenda kami, kami pun merasa lega.

Tina-tiba………..

“Pstttt, liatin tuh” kata Wahyu sambil tangannya menunjuk kea rah depan.

          Kami pun langsung membeliakan mata. Kami liat rombongan siswi sekolah kami sedang mandi di sebuah belik dekat dengan sumur yang saya ceritakan tadi. Kamipun langsung cekikikan kegiragan. Mungkin karena cekikikan kami yang terlalu keras, tiba tiba salah satu siswi tersebut menoleh dan melihat kami.

“Eh, kurang ajar, nagapin ihhhh, ngintip ya” teriak siswi tersebut sambil mengatupkan dua tangannya ke bagian dada. Sisiwi tersebut amndi dengan menggunakan baju tipis dan tidak ada yang telanjang, Hehehe.

     Kamipun tidak mengindahkan terikan dan makian sisiwi tersebut, Kamipun langsung ke naik keatas dan memasuki tenda kami masing-masing. Rasa ketakutan yang sempat mencekam di kolam tadi, berangsur menghilang, seiring dengan menghilangnya sinar matahari di ufuk barat.

       Maghrib menjelang. Tiba-tiba di setiap tenda terdengar teriakan Pembina pramuka menyuruh setiap anggota di tenda untuk melakukan apel tenda. Setiap tenda mendapatkan gilirannya. Seorang guru berdiri di depan tenda kami. Tanpa diberi komando, kamipun langsung keluar dan menyiapkan barisan. Aku sebagai ketua regu pun langsung malkukan laporan.

        “Laporan kami dari regu (aku lupa regu keberapa) berjumlah 6 orang dan 1 orang sedang sakit. Salah satu teman kami di dalam tenda memang sedang sakit. Ayahnya yang juga seorang guru pun menjenguknya. Belum sempurna apel tenda kami, tiba-tiba terdengar teriakan dari arah barat. Tepatnya dari arah tenda putri sekolah A Kasui. Kami pun langsung berhamburan ke sana.

         Benar saja, salah seorang putri dari sekolah tersebut sedang mengelepar-gelepar kesurupan. Teman-temannya dan juga guru Pembina memeganngi kedua kaki dan tangannya. Mata sisiwi tersebut melotot kepada kami yang mengerubunginya. 

“Siapa kalian” teriak siswi tersebut denga suara berat

“Aku tidak mau kalian ganggu temaptku” lanjut siswi tersebut “Aku tak mau kejadian kuarang ajar terjadi di temapt ini. Seperti tadi di bawah” 

        Deg……..Kejadian kuarang ajar di bawah. Tiba-tiba aku teringat kejadian kami memergoki siswi sekolah kami mandi. Aku pun berkutat dengan pikiranku ketika siswi kesurupan tersebut berceloteh dengan suara beratnya.

“Kiss me…please kis me” Siswi tersebut tiba-tiab berbicara dengan Bahasa Inggris. Spontan, kami pun langsung tertawa mendengar celotahn yang kami anggap lucu itu. Tiba-tiba siswi tersebut lemas dan tertidur, setelah seorang guru yang “pintar” mengobatinya dengan menekan ibu jari kakinya.

          Tak selang lama setelah sisiwi tersebut tertidur dari kesurupannya, suara terikan kembali terdengar suara teriakan. Tetapi, kali ini suara teriakan tersebut berasal dari suara teriakan seorang siswa. Kamipun langsung menghampirinya. Seorang siswa yang juga berasal dari Sekolah A Kasui sedang kesurupan. Tapi kali ini sepertinya dia masih bisa mengendalikan diri. Dia berteriak

“Ga mau ga mau” sambil tangannya menunjuk nunjuk ke arah timur. Kearah jalan yang kita lalui saat naik tadi. 

“Gedung Biru, Gedung Biru” teriak dia sambil menangis

Guru yang “pintar” tadipun membisikan sesuatu di telinga siswa tadi dan siswa tadi mengikuti biikan tersebut. Selang beberapa menit, siswa tersebut langsung lemas, tidak pingsan, siswa tersebut langsung duduk. Sang guru pun langsung bertanya

“Ada apa tadi?” tanyanya

“Aku dipaksa sama orang Belanda buat ikut dia” Kata siswa tadi dengan suara lirih

“Diajak kemana” tanya sang guru lebih lanjut

Dengan singkat siswa tersebut menjawab “Gedung Biru”

Apakah Gedung Biru yang dimaksud siswa tersebut, jawabannya ada di postingan cerita seram selanjutnya. Stay Tune and Keep reading. Jangan lupa like fanspage ya.

……………………………………..BERSAMBUNG…………………………………………………..

Comments

  1. Mam bikin penasaran cerita selanjutnya apa?,heee

    ReplyDelete
  2. udah ada ning di bagian ke lima...kisah selanjutnya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contoh Soal Argumentative Text dan Kunci Jawabannya (Floating Breakfast)

Halo sahabat kebuncerita apa kabar? Pada kesempatan kali ini, kami akan memberikan contoh soal argumentative text . Contoh soal ini dapat kalian gunakan untuk melatih kemampuan membaca kalian ataupun dapat juga digunakan sebagai bahan latihan membaca murid di dalam kelas. Jangan lupa untuk mencantumkan sumbernya jika kalian ini menggunakan contoh soal reading ini.   Baca Juga:  Contoh Soal Narrative Text dan Kunci Jawabannya (The Man, The Boy and The Donkey) Baca Juga :  Contoh Soal Narrative Text dan Kunci Jawabannya (The Grasshoper and The Toad)   The floating breakfast via https://cococollection.com If you follow luxury resorts or travel influencers on Instagram, odds are good that you have seen at least one "floating breakfast." In case you are not familiar with them, here is what to know: they are your typical upscale hotel room service breakfast -- think toast, fruit, coffee, and the like -- served in a pool or hot tub instead of in bed. Usually, they are placed

Contoh soal test TOEFL dan Pembahasannya |Set 3

Halo sahabat Kebun Cerita, apa kabarnya? Pada kesempatan kali ini, kami akan memberikan contoh soal TOEFL dan cara pengerjaannya. Contoh soal test Bahasa Inggris ini diadaptasi buku Barron’s How to Prepare the TOEFL. Contoh soal TOEFL ini dapat kalian gunakan sebagai bahan latihan untuk mengukur kemampuan grammar Bahasa Inggris kalian. Selamat membaca dan mengerjakan.  Contoh soal Test TOEFL dan Pembahasannya | Set 1 Contoh soal Test TOEFL dan Pembahasannya | Set 2 Contoh soal Test TOEFL dan Pembahasannya | Set 3 via https://wallpaperaccess.com 1.     … small specimen of the embryonic fluid is removed from a fetus, it will be possible to determine whether the baby will be born with birth defects. a.      A b.     That a c.      If a d.     When it is a 2.     To generate income, magazine publishers must decide whether to increase the subscription price or… a.      to sell advertising b.     if they should sell advertising c.      selling adve

The Legend of Putri Cermin Cina || Jambi Folklore (English Version)

This Folklore or Cerita Rakyat happened in a place in Jambi Province, Indonesia. The story tells about the life of Putri Cermin Cina. This story is written in English and to read story in Bahasa Indonesia please click here! Long time ago, there was a kingdom in Jambi that was ruled by a king named Sultan Mambang Matahari. Sultan Mambang Matahari had a son named Tuan Muda Selat and a daughter named Putri Cermin Cina. The son of the king was handsome but he was such a reckless boy while the daughter is beautiful. She had a white skin like a Chinese girl and because of the skin she had then she was call “Putri Cermin Cina”. One day, a well-known merchant visited the kingdom. That merchant name was Tuan Muda Senaning. He and his crews visited the kingdom because they had some trade business. The arrival of Tuan muda Senaning was welcome kindly by the king. The king then welcomed Tuan Muda Senaning with a banquette. Together with his son and his daughter, the king asked Tuan mu