Kisah
Sebelumnya
Hari
yang ditunggu oleh semua siswa siswi baru de sekolahku tiba. Ya, Hari j=Jumat
pun telah tiba. Aku pun berangkat ke
sekolah membawa barang perlengkapan yang aku harus bawa yaitu ember, terpal,
dan tali tambang. Aku letakkan semua barang itu di halaman rumahku. Setelah
sarapan, aku pun menunggu sepupuku yang rumahnya hanyak berjarak duapuluh
meter. Aku berangkat dengan menumpang sepeda motornya. DI jalanan depan rumah,
teman-teman kelas dan teman-teman beda kelasku lewat. Mereka membawa barang
perlengkapan pramuuka, lengkap dengan atribut pramuka. Mereka terlihat gembira
dan bersemnagat sekali.
Setelah
menunggu sekitar lime-belas menit, sepupuku yang juga teman satu yaitu Wahyu
keluar dari halaman rumahnnya sambil mengendarai sepeda motor dan langsung
berhenti ketika berada tepat d hadapanku. Akupun langsung enaiki Motor butan
Jepang yang berwarna merah tersebut. Tak lebih dari sepuluh menit, kamipun
telah tiba di halaman sekolah.
Sesuai
jadwal yang telah dibicarakan hari sebelumnya oleh pihak guru pendamping
pramuka, bahwa keberangkatan nantinya di lakukan setelah Sholat Jumat. Dan sebelum
keberangkatan kamipun di beri kesempatan untuk mengecek kembali barang bawaan
ataupun perlengkapan mendirikan tenda, memastikan tidak ada yang terlewatkan.
Pukul
12.30 WIB Semuat murid yang beragama islam telah selesai menunaikan Sholat
Jumat dan kembali ke sekolah. Semua murid berkumpul di halaman depan sekolah
atau di pintu gerbang. Sekolah kami mempunya tiga halaman. Yaitu halaman depan
yang biasanya digunakan untuk memarkir kendaraan baik motor maupun mobil.
Halaman tengah yaitu halaman yang dikelilingi oleh bangunan sekolah, halaman
ini digunakan untuk upacar bendera, senam kesehatan jasmani pada hari Jumat,
juga untuk pelajaran Olahraga. Dan yang terhir adalah halaman belakang yaitu
sebidang areal kosong yang terletak di ujung sekolah tepatnya di ujung kelas
sebelas IPS adan perpustakaan. Halaman ini digunakan untuk lahan praktek
pelajaran pertanian, dan juga sebagai lahan pemainan bola voley, karena
terdapat lapangan bola Voley di sana.
Di
antara ketiga halaman tersebut, yang menjadi halaman favorit siswa adalah
halaman belakang. Karena di halaman ini, kita dapat kabur tanpa diketahui guru,
keluar saat jam pelajaran, ataupun pacaran tanpa diganggu oleh orang lain.
Hehe. Halaman belakang sekolah kami berbatasan dengan sawah di sebalah selatan
dan utaranya dan dengan sungai di sebelah baratnya.
“Mobilnya
datang , mobilnya dateng” Teriak salah seorang siswa.
Dari
sebelah utara sekolah terlihat sebuah benda dengan warna kuning dan dengan bak
terbuka melaju dengan kecepatan sedang kea rah sekolah kami. Setelah melakukan
gerkan membelok kea rah pintu sekolah, akhirnya mobl yang sebenarnya truk
tersebut memarkirkan dirinya tepat di depan ruang kepala sekolah. Kemudian
dengan komando oleh guru pendamping, satu persatu siswa memasukan perlengkapan
kemah dan baarang bawaannya ke dalam truk. Luasmya bak truk tersebut lebih dari
cukup untuk menampung barang bawaan siswa yang tak lebih dari 100 tersebut.
Semua
barang telah di tempatkan di dalam bak truk. Satu persatu murid perempuan puan
pun menaiki bak truk tersebut dan berkumpul di dalamnya. Sedangkan murid
lelakinnya pun ada yang menaiki pinggiran truk ataupun bagian atas kepala truk.
Tindakan yang sebenarnya konyol dan berbahaya apabila dipikirkan lagi sekarang,
tetapi tindakan itu kami anggap keren. Aku sendiri memilih menaiki bagian sisi
bak truk. Posisi ku seperti orang yang menunggang kuda, dan aku sendiri memilih
bagian truk sebelah kiri. Di bagian kiri truk, terdapat sekitar 5 siswa lain
selain aku yang melakukan hal yang sama. Aku sendiri berada di urutan ketiga
jika di hitung dari depan.
Mobil
pun melaju kea rah utara, menuju desa Ojololai. Di sepanjang perjalan kami
bernyanyi, lebih tepatnya berteriak, khas anak SMA. Di sepanjang perjalan
terlihat anak-anak kecil melonggokan kepalanya dari pintu melihat truk
rombongan kami. Truk tersebut pun melewati rumahku, aku lihat rumahku masih
sepi mungkin orangtuaku masih di sawah. Setelah melewati rumahku, truk tersebut
melewati rumah mbahku (kakekku) dan kemudian rumah tersebut saudaraku, wahyu.
Di rumah kakekku tersebut kau pernah didatangai oleh sesosok perempuan yang
keluar dari ruang sholat. Aku akan menceritakan cerita tersebut di bagian lain.
Setelah
melewati rumah Wahyu, mobil tersebut melewati tikungan keramat. Ya kenapa
keramat, karena tikungan tersebut terletak di samping swah dan di samping
tanggul irigasi serta tidak ada penerangan sama sekali ketika malam. Taka da atau
jarang ada anak kecil yang berani melewati tikungan tersebut setelah maghrib.
Banyak cerita seram terjadi disana. Akan ku ceritakan nanti.
Setelah
beberapa menit, truk yang kamit tumpangi akhirnya masuk kawasan Donomulyo. Aku
cukup familiar dengan kawasan ini, karena pernah mengunjungi tempat ini
beberapa kali. Di pertigaan, Truk kami berbelok mengambil arah kiri. Terdapat
gapura yang bertuliskan Desa Ojolali. Suasana mulai berbeda, setidaknya itu
yang kurasakan. Mungkin karena ini merupakan kali pertamaku melihat Desa
Ojolali. Di beberapa ratus meter pertama, desa tersebut masih di padati dengan
rumah penduduk , walaupun letaknya yang tidak serapat rumah penduduk di
Donomulyo. Jalanan di sana un masih berbatu, sehingga menyebabkan truk sering
terguncang.
Setelah
melewati beberapa ratus meter pertama, kamipun melewati kawasan perkebunan
karet. Di sisi jalan hanya terlihat kebun karet yang membentak luas. Jalanan di
perkebunan tersebut makin tidak rata, dan membuat truk tidak seimbang geraknya.
Tiba-tiba di depan ada turunan, truk pun mengerem dengan mendadak.
“Gubrak!!!”
Semuannya
kaget. Arah suara tersebut datang dari bagian belakang bak truk. Semua mata
tertuju pada sumber suara tersebut.
Gelak tawa pun langsung pecah ketika mengetahu suara tersebut berasak
dari teman kami yang terjatuh dari sisi bak. Dia meringis kesakitan. Untung
saja di tidak jatuh ke sisi jalan.
Tangkai-tangkai
muda pohon karet itu menjulur kea rah jalan, menyambut siapa saja yang melewati
jalanan tersebut. Beberpa tangkai mengenai mukaku. Tidak sakit. Di kebun karet
tersebut dpat kulihat beberapa siluet petani karet yang di terpa sinar
matahari. Mereka sedang menyayat pohon karet di sebelahnya. Kegiatan mereka
sering disebut “Nderes” atau artinya adalah mengambil getah karet.
Truk
kami pun memasuki perkampungan kecil, terdapat beberap rumah yang berdiri. Dan
mobil kami masuki jalanan yang berkelok. Terdapat bangunan Sekolah Dasar di
sisi sebelah kiri jalan dan beberpa muridnya yang sedang bermain di halaman
sekolah tersebut.
Beberapa
metr setelah melewati sekolah tersebut, Truk kami pun terhenti. Guru pendamping
telah tiba di lokasi terlebih daulu dengan motor mereka. Mereka kemudian
menginstruksikan para siswa untuk menurukan barang bawaan dan memilih spot
mendirikan tenda yang telah disediakan. Aku dan kawan reguku pun langsung
memilih spot yang menurutkami nyaman. Kami memilih spot di pinggir kebun lada.
Di
sepanjang perjalanan tersebut aku terpengarah melihat keadaan tempat tambang
Ojolali tersebut. Tak jauh dari dari truk tersebut parker, dapat ku lihat
sebuah area berbntuk lingkarang yang sudah di hancurkan. Area tersebut adalah landasan
helicopter yang sudah lama tak digunakan. Juga, aku melihat banyak bangunan bercat
putih yang mungkin lebih daari sepuluh bangunan yang tampak dihancurkan dan di sisi
bangunan tersebut telah banyak ditumbuhi rumput liar.
Di
cerita selanjutnya, kamipun tahu mengapa banguanan tersebut dihancur dan juga
kami mulai merasakan kemistisan dari kawasan pertambangan tersebut. Disana juga
nanti mucul nama “Gedung Biru”. Ya, benar ! Gedung Biru yang misterius.
…………………………………………BERSAMBUNG……………………………...................
Comments
Post a Comment