KEBUN CERITA

Hai guys! Kali ini gue bakal nge-review film yang barusan gue tonton semalem dengan lampu yang gue padamkan (ga penting banget sebenernya gue ngasih info ini tapi ya tak apalah). Film yang bakal gue review ini adalah salah satu film dengan genre thriller tahun 2016. Dan judul dari film ini adalah “Don’t breathe” FILM APAAN SIH? Yup! Seperti judulnya, film ini mengisahkan tentang orang yang ga bernafas a.k.a ga ambekan kalau Bahasa Perancisnya, wkwkwk, I am joking. Okay film yang disutradarai oleh Paman gue,”Fede Alvarez”, ini mengisahkan tentang kehidupan 3 orang pembobol rumah yang mengalami pengalaman menegangkan saat membobol sebuah rumah di kawasan “hantu (“ghost” neighborhood). Wooooooooooooooo!!!!!!!!!!!!! Tunggu dulu! Sebelum gue ceritain tentang alur cerita film ini, lebih baik kita kenalan dulu ama sang sutradara. Tiba-tiba gue pengen ngasih sedikit perkenalan kepada lo semua tentang paman gue ini. Lo semua udah pada tau kan siapa Fede Alvarez? What? Belum?

More and more parents are complaining the inactiveness of their children at home. Those parents mostly stated that their children spend their time at hoe sitting in front of a computer’s screen. Watching TV, or just lying at a coach. Their children are rarely engaged with any physical activities outside.               Parents are now relying on the schools to motivate their children to do an activity outside. And schools, because of that, have answered the parents’ worry by offering their students a program called physical education. The question is now “Should we make the program as a required program or should we make the students take it as an option?             School is basically place where students learn something formally. By attending schools, it is expected that students will gain their knowledge. But, would it be enough? The answer is absolutely “no”. Schools are also a place where students should experience their lives joyfully and healthily. By healthily, it m

Hai pembaca blog gue, apa kabar? Di hari Senin yang membahagiakan ini gue bakal menulis artikel tentang sebuah novel yang baru saja gue selesai baca tadi malam. Dan novel tersebut berjudul: To Kill a Mockingbird. Jujur, pertama kali gue baca judul novel ini, gue ga tertarik karena dua alasan. Pertama, gue ga suka dengan covernya yang terlihat tidak state-of-art in term of drawing . Jadi pas pertama kali gue liat covernya yang mana menampilkan gambar burung terbang, sebuah batang pohon dan sebuah sangkar burung di dalamnya, gue langsung berpikir bahwa novel ini akan sangat “berat”, penuh bahasa satrawan tingkat dewa yang ga bakalan mampu untuk dicerna kaum “jelata: kaya gue dan tentunya dengan tema yang well I am sorry to say “boring”. Kedua karena pemilihan kata dalam judunya “ Mocingbird”. I don’t know but it sounds like “mockingjay” for me and it gives me an impression that the story of the novel will be so much more alike with those in hunger games.  Tetapi, pepatah yang m