Tingkat bunuh diri di negara
Jepang terbilang yang paling tinggi di Asia. Banyak penduduk Jepang, yang
disinyalir karena mengalami tekanan baik itu pekerjaan, rumah tangga, atau
lingkungan, nekat mengahiri nyawanya sendiri.Tapi tahukah anda bahwa di Jepang
terdapat tempat “favorit” bagi mereka yang ingin mengahiri hidupnya? Ya, tempat
itu adalah hutan Aokigahara.
Aokigahara menjadi tempat favorite bunuh diri via https://www.afterfeed.com |
Aokigahara adalah hutan yang
terletak di kaki gunung Fuji, Jepang. Hutan ini adalah salah satu hutan yang
paling terkenal di Jepang. Bukan karena keindahan ataupun satwa yang ada di
dalamnya, tapi lebih karena banyaknya tingkat bunuh diri yang terjadi di hutan
ini. Sehingga tak ayal, hutan yang telah menjadi tempat bunuh diri sejak tahun
1950-an ini di kenal dengan sebutan Suicide
Forest (hutan bunuh diri), dan Japan’s
Demon Forest (hutan setan jepang).
Saking banyaknya jumlah
mereka yang mengahiri hidupnya di hutan ini, banyak yang menobatkan Aokigara
sebagai tempat “favorit” bunuh diri kedua setelah jembatan the Golden Gate di Amerika.
Lantas bagaimanakah sejarah
Aokigahara menjadi tempat bunuh diri? Menurut kepercayaan masyarakat sekitar,
banyaknya warga Jepang yang bunuh diri di Aokigahara diprakarsai oleh sebuah karya
penulis Jepang, Seicho Matsumoto, dalam novelnya yang berjudul Kuroi Kaiju (Black Sea of Trees) pada
tahun 1960. Novel tersebut menceritakan kisah sepasang kekasih yang mengahiri
hidupnya di sebuah hutan, dan kemudian cerita ini dipercaya mengilhami
masyarakat Jepang untuk bunuh diri di Aokigahara. Namun banyak juga yang tidak
percaya dengan hal ini karena tindakan bunuh diri di Aokigahara telah jauh
terjadi sebelum novel ini diterbitkan.
Selain Novel Kuroi Kaiju, karya tulis lain yang
bernasib sama, dituduh menjadi penyebab banyaknya tingkat bunuh diri di
Aokigahara, adalah The Complete Suicide
Manual yang ditulis oleh Wataru Tsurumi. Pada tahun terbitnya, yaitu 1993,
buku ini menjadi kontroversial. Buku ini berisi panduan berbagai cara bunuh
diri dan juga tempat yang tepat untuk melakukannya. Dan hutan Aokigahara
disebut-sebut sebagai tempat yang tepat dalam buku ini. Hal yang mengejutkan kemudian
adalah banyaknya temuan buku ini di hutan Aokigahara tidak jauh dari mayat
mereka yang bunuh diri. Sehingga hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa buku
ini menjadi dalang dibalik tingginya tingkat bunuh diri di Aokigahara.
via https://i2.wp.com |
Sekarang, Hutan Aokigahara
dipercaya oleh masyarakat Jepang sebagai hutan angker. Penduduk percaya bahwa
arwah mereka yang bunuh diri masih berkeliar di dalam hutan. Tak ayal, banyak
yang meyakini bahwa siapapun yang masuk ke tengah hutan ini seorang diri maka
ia dapat dipastikan tidak akan pernah bisa keluar dari dalam hutan.
Selain legenda tentang
banyaknya arwah yang bergentayangan, hal lain yang membuat hutan ini tampat “tak
bersahabat” adalah banyak tulang belulang berserak di sepanjang hutan dengan
pakaian yang masih lengkap. Beberapa diantaranya juga meninggalkan barang
bawaannya, seperti buku, tenda, ataupun pakaian. Selain itu, karena pekatnya
hutan ini, sinyal handphone dan kompas juga mengalami gangguan begitu kita
memasuki bagian dalam hutan.
Pada tahun 2002, setelah
hutan ini terkenal akan bunuh dirinya, pemerintah Jepang memutuskan untuk
menyusuri hutan guna mengevakuasi tulang belulang yang mungkin masih tersisa dan
teridentifikai. Lantas, hasilnya pada tahun 2002 ditemukan sebanyak 78 kerangka
manusia, dan setahun setelahnya ditemukan sebanyak 100 kerangka. Karena jumlah
yang sangat tidak sedikit ini, polisi pun berinisiatif menempatkan papan
peringatan bagi siapun yang berniat untuk bunuh diri di bagian luar hutan
Aokigahara. Dalam Bahasa Indonesia, papan ini berbunyi “Hidupmu adalah anugrah
terindah bagi orangtuamu”, “Konsultasikan dengan polisi sebelum anda memutuskan
untuk mengahiri hidup”.
Comments
Post a Comment