Skip to main content

Pengalaman Test TOEFL, dll. || Chapter 1

Hello Guys, How are you? I hope you are feeling well today as I am going to tell you about my experiences taking an ITP TOEFL test last Thursday (25 February 2015). Well, to avoid making you get confused, I’ll tell it in Bahasa Indonesia. Hehe
 
Kebun cerita cerita rakyat cerita daerah folklore kisah rakyat cerita rakyat tradisional kisah seram nyata cerita seram belajar bahasa inggris
Stasiun dimana gue berhenti sebelum gue naik kopaja 502
Jadi ceritanya kamis kemaren gue ngambil test ITP TOEFL, untuk keperluan S2 gue, di salah satu universitas negri di daerah Salemba. You know lah universitas apa itu. Ceritannya, buat antisipasi keterlambatan, gue ama temen gue datang dari jam 10. Guyuran hujan menyambut kedatangaan kami di stasiun kereta api daerah tersebut.

Bingung, karena ini kali pertamanya kita di daerah ini. Kamipun mencoba bertanya kepada satpam. Dengan keberanian yang gue miliki, gue pun nyuruh temen gue buat nanya satpam. Temen gue dengan manut nya, lalu bertanya kepada satpam yang berdiri laiknya patung pancoran di depan pintu keluar stasiun.

Temen gue: ***************** (gue ga denger dia bilangan apa, karena guyuran hujan dan suaranya yang terlalu kecil buat di dengar oleh pendengaran manusia)

Satpam: ************** (alasannya sama dengan yang di atas)

Satpam itu kemudian menggerakan tangannya menujuk arah sebelah kanan.

Temen gue:*************

Satpam:**************

Temen gue:**********

Satpam: ********** (sambil menganggukan kepalannya)

Temen gue pun lalu menjelaskan perbincangan ringan yang barusan saja dia lakukan ama satpam tersebut. Dia bilang kalo akses menuju kampus dimana kita akan test bisa ditempuh either by bemo or kopaja 502. 

Gue: Gimana nih, masih ujan, liatin tuh

Temen gue: Ya udah ntar aja nunggu reda. Jam berapa sekarang?

Gue: (mengeluarkan hape yang gue beli dengan hasil kerja keras gue) Hampir jam 10. Gimana?

Temen gue: Ohh… yaudah entar aja testnya lagian jam 1 kan?

Guepun dengan manut nya menganggukan kepala. Ketika kita sedang menunggu redanya hujan di langit daerah salemba ini, tiba tiba sesosok mahluk hitam berjalan dengan anggunnya di sebelah temen gue. Mahluk tersebut mencoba melewati celah yang terbentuk antara temen gue yang notabene nya berdiri membelakangi satpam. Celah tersebut sempit dan perawan, yang hanya memiliki lebar kira kira tidak lebih dari 30cm. Tetapi dengan gemulainya, mahluk yang sejatinya adalah cewe kekinian berbaju hitam itu, meliukan badanya sambil menghentak tajam kakinya melewati celah yang terbentuk itu. Tak ada senyum tersungging ataupun ucapan “permisi” yang terdengar dari bibir tipis mungilnya tersebut. Mahluk tersebut pun melangkah dengan langkah yang tegas, berwibawa, dan berkarakter dengan sekaleng kecil kopi instant di tangan kirinya , yang kemungkinan ia minum untuk mencengah kantuk di tengah guyuran hujan, atau mungkin akan ia berikan untuk teman yang ingin ia temui. Apa jangan jangan mahluk tersebut adalah Jesicca ya? Apa?!!!!!!!!!!! *Lebay

Setelah mahluk tersebut menghilang dari pandangan gue, gue pun kemudian berkata ketemen gue

Gue: Eh cao yok. (cao means berangkat)

Temen gue: Ntar masih ujan

Pandangan gue pun mendongkak ke arah langit dan genangaan air yang terbentuk di jalanan. Rintik-rintik kecil masih berjatuhan. Meanwhile gue juga mulai melihat banyak orang yang menerobos rintikan tersebut untuk melanjutkan perjalanan.

Gue: Yok ah, berangkat aja. Cewe aja berani tuh(menerobos rintikan hujan)!!!

Gue ga tau kenapa cewe selalu jadi alasan agar orang mau melakukan perbuatan yang awalnya enggan untuk dilakukan. Maaf ya cewe cewe di luaran sana, karena selalu menjadikan mu alasan, semoga kau memaafkan calon imam masa depanmu ini, kasih.

Merasa, tidak mau selevel lebih rendah dalam keberanian menerobos hujan, temen gue pun langsung berjalan even sebelum gue kasih aba-aba buat berjalan. Kami pun berjalan di jalanan setapak di samping banguan stasiun yang dibatasi pagar besi berwarna hijau. Kami berjalan dengan cepat, secepat mahluk hitam yamng memegang kopi tadi. Kami berjalan laiknya there is no time for tomorrow. 

Ketika sedang asiknya berjalan, tiba tiba langkah kami diperlambat oleh seseosok mahluk putih yang merentangkan kedua tangannya. Mahluk putih yang sebenanrnya adalah , lagi-lagi, seorang ibu muda kekinian itu, merentangkan tangannya yang dimana tangan kanan memegang sesuatu (saya lupa) dan tangan kirinya memegang tas. Temen gue mencoba melewati ibu muda tersebut. Ia pun mencoba melewati celah di sebelah kiri ibu tersebut, tapi 10 cm sebelum temen gue melewati celah kiri itu, ibu muda itu berjalan ke arah kiri. Alhasil, celah kiri itu pun tertutup.  Temen gue pun bergeser dengan cepat ke arah kanan, dan ibu muda itu telah berjalan di arah kanan juga dengan tiba-tiba, temen gue pun mengubah arah langkah kakinya ke kekiri dan dengan tiba tiba, ibu muda yang mungkin berparas cantik itu sudah berada di kiri jua. Gue cekikikan, ngeliat temen gue kebingungan ga bisa lewat. Dalam hati gue pun berkata “Jangan jangan ibu muda ini Hinata, jadi dia bisa merasakan chakra temen gue yang berjalan di belakangnnya, dan berusah menutupi langkah temen gue.”

Setelah beberapa usaha menerobos yang gagal dilakukan secara berulang-ulang, ahirnya temen gue berhasil setelah ia dengan sharingan-nya menghilangkan ibu muda penghalang jalan itu ke dimensi lain. :D:D:D


Comments

Popular posts from this blog

Contoh Soal Argumentative Text dan Kunci Jawabannya (Floating Breakfast)

Halo sahabat kebuncerita apa kabar? Pada kesempatan kali ini, kami akan memberikan contoh soal argumentative text . Contoh soal ini dapat kalian gunakan untuk melatih kemampuan membaca kalian ataupun dapat juga digunakan sebagai bahan latihan membaca murid di dalam kelas. Jangan lupa untuk mencantumkan sumbernya jika kalian ini menggunakan contoh soal reading ini.   Baca Juga:  Contoh Soal Narrative Text dan Kunci Jawabannya (The Man, The Boy and The Donkey) Baca Juga :  Contoh Soal Narrative Text dan Kunci Jawabannya (The Grasshoper and The Toad)   The floating breakfast via https://cococollection.com If you follow luxury resorts or travel influencers on Instagram, odds are good that you have seen at least one "floating breakfast." In case you are not familiar with them, here is what to know: they are your typical upscale hotel room service breakfast -- think toast, fruit, coffee, and the like -- served in a pool or hot tub instead of in bed. Usually, they a...

Batu Badaong || Maluku Folklore

Once there, in a village located in Tanimbar Island (Maluku), there lived a rich man with a wife and 2 children that had already been teenagers. The children were extremely spoiled by their father so that they became lazy conceited children. They lives were so dependent upon other people. There were a lot of servants at their home. One day, the father passed away. Instead of being more mature because of the fact that they had no longer their father around, they were getting more spoiled. Their attitude toward their servants were not getting better. They often said rude words, and because of that all servants in their home felt that they couldn’t stay longer. They felt that they couldn’t accept to be treated in that way. ( To read the st ory in Bahasa Indonesia  click here) Then one day, all the servant left the home. Knowing that she had no longer people that could help her, the mother now took care of all the job at the house. Cleaning, cooking, watering flower, washi...

The Legend of Putri Cermin Cina || Jambi Folklore (English Version)

This Folklore or Cerita Rakyat happened in a place in Jambi Province, Indonesia. The story tells about the life of Putri Cermin Cina. This story is written in English and to read story in Bahasa Indonesia please click here! Long time ago, there was a kingdom in Jambi that was ruled by a king named Sultan Mambang Matahari. Sultan Mambang Matahari had a son named Tuan Muda Selat and a daughter named Putri Cermin Cina. The son of the king was handsome but he was such a reckless boy while the daughter is beautiful. She had a white skin like a Chinese girl and because of the skin she had then she was call “Putri Cermin Cina”. One day, a well-known merchant visited the kingdom. That merchant name was Tuan Muda Senaning. He and his crews visited the kingdom because they had some trade business. The arrival of Tuan muda Senaning was welcome kindly by the king. The king then welcomed Tuan Muda Senaning with a banquette. Together with his son and his daughter, the king asked Tuan mu...