Pada
suatu hari, di saat bumi baru saja diciptakan, Nanabozho sedang berada di dalam
rumahnya, melihat keluar dari jendela rumahnya yang berada disamping sebuah air
terjun. Ia menyadari ketika ia melihat padang di sekeliling rumahnya bahwa pada
tersebut memiliki bunga-bunga yang terlihat sama, semuanya berwarna putih.
Sangat membosankan!Pkirnya. Ia pun memutuskan untuk mengubahnya. Iapun
mengumpulkan semua cat dan kuas yang miliki dan kemudia ia pergi ke padang
bunga tersebut.
Nanabozho
duduk di rerumputan di padang tersebut dan menyiapkan cat berwarna merah,
jingga, kuning, hijau, biru, dan violet. Ia pun mulai mengecat bunga bunga dengan
warna yang berbeda. Ia mengecet sebuah bunga dengan warna biolet di campur biru
tua dan Bunga lainnya dengan warna jingga dengan titik-titik coklat di
sekelilingnya. Ia mengecat mawar-mawar dengan warna merah, merah muda, dan
ungu. Ia pun mengecat bunga pansy dengan warna warna yang ia sukai. Ia mengecat
bunga daffodil dengan warna kuning. Nanabozho menggumam bahagia karena ia
bekerja di hari yang cerah dengan sinar matahari yang bersinar terang.
Di
langit, dua burung kecil berwarna biru sedang bermain kejar-kejaran satu sama
lain. Burung biru pertama mengejar temannya.
Kemudian burung tersebut akan berbalik arah ketika burung kedua yang
dikejarnya memutuskan untuk mengejar balik burung pertama. Burung pertama pun
terbang membumbung tinggi dan diikuti oleh burung kedua di belakangnya yang
sedang mengejarnya.
Biasanya,
Nanabozho akan mengarahkan pandangnnya dan melihat ke atas dimana kedua burung
tersebut berkejaran. Kemudian setelah ia puas melihat binatang bersayap
tersebut saling berkejaran, ia melanjutkan pekerjaannya mengecat bunga bunga.
Di atas, kedua burung tersebut berbicara satu dengan lainnya dan mereka
memutuskan untuk berlomba siap yang tercepat menukik turun ke padang bunga di
bawah mereka. Burung pertama pun menukik dengan tajam dan sebelum ia menyentuh
tanah ia pun berbalik arah dan sayapnya tanpa sengaja tercelup di dalam cat
berwarna merah. Burung kedua pun menukik dengan tidak kalah cepat dan ketika ia
berbalih terbang ke atas, sayapnya pun dengan tidak sengaja tercelup di dalam
wadah yang berisi cat berwarna jingga.
Mengetahui
hal tersebut, Nanabozho meneriaki kedua burung tersebut, tetapi burung tersebut
tidak menghiraukan teriakannya dan melanjutkan perlombaan yang sedang mereka
lakukan. Berkali kali, sayap dan kaki burung tersebut, tercelup temapt cat dan
semua warna cat telah tertempel di badan burung tersebut. Mengetahui bahwa
burung tersebut tak akan berhenti bermain, Nanabozho pun mengusir burung
tersebut dengan menggunakan tangannya.
Mengetahu
bahwa Nanabozho mulai tidak suka dengan permainan yang sedang mereka lakukan,
burung tersebut pun terbang menjauh dan memutuskan melakukan permainan lain.
Kali ini mereka memutuskan untuk bermain kejar-kejaran kembali. Burung-burung
tersebut pun terbang ke air terjun yang terletak di sebelah ruman Nanabozho.
Burung tersebut terbang menembus gumpalan kabut yang dihasilkan oleh air terjun
tersebut. Ketika burung pertama itu terbang melewati kabut basah tersebut, ia
meninggalkan jejak berbentuk garis merah di udara, dan ketika burung kedua tersebut
mengikutinya, burung kedua tersebut meninggalkan jejak berwarna jingga.
Burung
pertama pun kembali terbang menuju gumapalan kabut dan ia meninggalkan garis di
udar dengan warna berbeda yaitu warna kuning dan ketika burung kedua
mengikutinya, ia meninggalkan jejak berwarna biru dan violet. Burung tersebut
pun tetap melanjutkan permainaannya, dan warna yang mereka tinggalkan di udara
pun tampak semakin cerah. Ketika matahari menyinari jejak warna tersebut, warna
tersebut pun makin berwarna cerah.
Dibawah,
Nanabozho terkesima ketika melihat paduan garis berwana di udara yang berwarna,
merah, jingga, kuning,hijau, biru, nila, dan ungu di atas air terjun. Ia pun
berkata: “Wahai burung, kau telah membuat pelangi”. Nanbozho pun memutuskan
untuk membiarkan garis berwarna tersebut di atas air terjun. DDan hingga kini,
ketika matahari bersinar saat hujan atau bersinar ketika hari berkabut, maka
akan tercipta pelangi yang merupakan refleksi dari pelangi yang hingga kini
masih berada di atas air terjun di samping rumah Nanabozho
The English version of this story is adapted from here
One day when the earth was new, Nanabozho looked
out the window of his house beside the wide waterfall and realized that all of
the flowers in his meadow were exactly the same off-white color. How boring! He
decided to make a change, so he gathered up his paints and his paintbrushes and
went out to the meadow.
Nanabozho sat down in the tall grass and arranged
his red and orange and yellow and green and blue and violet paint pots next to
him. Then he began to paint the flowers in his meadow in many different colors.
He painted the violets dark blue and the tiger lilies orange with brown dots.
He made the roses red and pink and purple. He painted the pansies in every
color combination he could think of. Then he painted every single daffodil
bright yellow. Nanabozho hummed happily to himself as he worked in the
brilliant daylight provided by Brother Sun.
Overhead, two little bluebirds were playing games
with each other. The first little bluebird would chase his friend across the
meadow one way. Then they would turn around and the second bluebird would chase
him back the other way. Zippity-zip went the first bluebird as he raced across
the sky. Zappity-zing went the second bluebird as he chased him in the
brilliant sunshine.
Occasionally, Nanabozho would shade his eyes and
look up…up into the endless blue sky to watch the two little birds playing.
Then he went back to work, painting yellow centers in the white daisies. Above
him, the two birds decided to see how fast they could dive down to the green
fields below them. The first bluebird sailed down and down, and then pulled himself
up sharply just before he touched the ground. As he soared passed Nanabozho,
his right wing dipped into the red paint pot. When the second bluebird dove
toward the grass, his left wing grazed the orange paint pot.
Nanabozho scolded the two birds, but they kept up
their game, diving down toward the grass where he sat painting and then flying
back up into the sky. Soon their feet and feathers were covered with paint of
all colors. Finally Nanabozho stood up and waved his arms to shoo the birds
away.
Reluctantly, the bluebirds flew away from Nanabozho
and his paint pots, looking for another game to play. They started chasing each
other again, sailing this way and that over top of the giant waterfall that
stood next to Nanabozho's house. Zippity-zip, the first bluebird flew through
the misty spray of the waterfall. The first bluebird left a long red paint
streak against the sky. Zappity-zing, the second bluebird chased his friend
through the mist, leaving an orange paint streak. Then the birds turned to go
back the other way. This time, the first bluebird left a yellow paint streak
and the second left a pretty blue-violet paint streak. As they raced back and
forth, the colors grew more vivid. When Brother Sun shone on the colors, they
sparkled radiantly through the mist of the waterfall.
Below them, Nanabozho looked up in delight when the
brilliant colors spilled over his meadow. A gorgeous arch of red and orange and
yellow and green and blue and violet shimmered in the sky above the waterfall.
Nanabozho smiled at the funny little bluebirds and said: "You have made a
rainbow!"
Nanabozho was so pleased that he left the rainbow
permanently floating above his waterfall, its colors shimmering in the sunshine
and the misting water. From that day to this, whenever Brother Sun shines his
light on the rain or the mist, a beautiful rainbow forms. It is a reflection of
the mighty rainbow that still stands over the waterfall at Nanabozho's house.
Comments
Post a Comment