Dahulu
kala, terdapat seorang pendeta jahat yang tidak takut dengan Tuhan maupun
manusia. Tugasnya di gereja adalah menghitung sumbangan dan juga membunyikan
lonceng untuk mengumpulkan jemaat. Hati pendeta ini dipenuhi oleh sifat
serakah, dan ia mulai mengambil keuntungan dari sumbangan yang diberikan oleh
jemaat gereja. Pendeta itu mencuri uang dari sumbangan yang terkumpul. Ketika
ia berhasil mengumul satu peti penuh emas, ia akan membunuh seseorang dan
mengubur orang tersebut bersama peti emas. Hal ini dilakukan agar arwah orang
tersebut akan menjaga emas yang ikut dikubur dengannya. Dan mereka yang
berusaha untuk mengambil peti penuh emas dari kuburan itu akan langsung
dihabisi oleh arwah sang penjaga.
Ketua
pendeta yang datang ke tempat pendeta tersebut tidak memerhatikan apa yang
pendeta tersbut katakana sebelum meninggal. Tetapi tukang bersih-bersih yang
sedang bekerja pada saat itu mendengar apa yang pendeta itu katakana tentang
emas yang dikubur. Ia sangat miskin dan menginginkan kehidupan yang lebih baik
untuk dirinya dan juga keluargannya, dan tukang bersih-bersih itupun memutuskan
untuk mencari sendiri emas yang dikuburtersebut. Setiap malam, ia selama satu
minggu, ia mengambil sekop dan melakukan penggalian di taman gereja, mencari
harta pendeta tersebut, tetapi ia tidak menemukan apa-apa.
Pada
suatu malam, ia terbangun karena mendengar suara bell yang berdentang dengan
keras. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya, was-was jika terjadi hal yang
tidak diinginkan, tetapi ia melihat istri dan anaknya tetap terlelap di tempat
tidur. Lantas, ia teringat akan perkataan terahir pendeta tersebut. Ia yakin
bahwa suara lonceng itu ditujukan kepadanya untuk menunjukan dimana emas
tersebut dikubur.
Ia
pun mengambil sekop dan mengikuti suara lonceng yang semakin menjauh dan
mengarah ke atas bukit. Ia menahan nafas ketika ia mencapai tempat asal bunyi
tersebut terdengar. Ia berada di sebuah are terbuka dengan dua buah pohon
mengapitnya. Ia pun melihat sebuah lonceng yang bersinar di samping pohon
tersebut. Ia pun mulai menggali di area tersebut. Setelah beberapa saat,
sekopnya mengenai sesuatu yang keras.
Dengan semangat ia membuang tanah di
galiannya dan ia menemukan peti kecil. Ia pun membersihkan tanah yang menutupi
peti tersebut dengan tangan yang gemetar, meletakannya di atas batu, dan
membuka secara paksa dengan sisi sekopnya. Ketika peti kecil tersebut terbuka,
kilau emas keluar dari dalamnya yang mampu menyihir mata tukang bersih-bersih
tersebut. Ia pun merapun koin emas tesebut dan membayangkan berapa banya uang
yang akan ia dapatkan. Koin emas tersebut terasa dingin, ia bias merasakan
bagian halus dari koin tersebut dengan jarinya. Tiba tiba terdengar suara
erangan…..
Ia
pun menengok dan ia melihat sesosok tengkoran dengan kilau mata yang biru. Ia
muncul dari lubang di bawah pohon. “Milikku” kata tengkorak tersebut,
menjulurkan tangannya kea rah tukan bersih bersih. “Milikku!” Tukang bersih
bersih itupun menjerit dan meninggalkan peti tersebut, menjatuhkan uang-uang
yang ada di gengamannya. Ia berlari secepatmungkin menjauhi bukit tersebut,
Bunyi bel pun kembali terdengar
Tukang
bersih-bersih tetap berlari sampai bunyi bel tersebut tidak lagi terdengar, dan
ia tidak berhenti berlari sampai ia mencapai rumahnya. Sesampainnya di rumah,
ia pun menyadari bahwa ia meninggalkan sekonya dan ia tahu jika sekop tersebut
mahal dan ia tidak akan sanggup untuk membeli yang baru.
Menunggu
sampai hari menjadi siang, tukang bersih-bersih tersebut pergi dengan berat
hati ke bukit tersebut. Ketika ia mencapai tempat dimana ia meninggalak sekop
tersebut, ia merasa tidak ada tanda-tanda kemunculan tengkorak yang hamper saja
membunuhnya semalam. Anehnya, ia juga tidak menemukan peti yang ia tinggalkan,
ataupun lubang yang ia gali. Yang dapat ia jumpai hanyalah sekopnya yang berada
di atas pohon yang sangat tinggi.
Saking tingginya, cabang pertama pohon
tersebut berada 20 kaki dari permukaan tanah. Ia yakin bahwa ini adalah
perbuatan tengkorak tersebut. Tengkorak tersebut telah meletakan sekopnya di
puncak pohon yang sangat tinggi ini. Ia pun memutuskan untuk pulang, karena
mustahil bagi dirinya untuk mengambil sekop di puncak pohon tersebut.
Ketika
ia membalikan badan untuk pulang, ia melihat kilauan di semak-semak di dekat
batu dimana ia meletakan peti semalam. Dengan hati-hati, melihat kea rah lubang
dimana tengkorak itu dikubur, ia meraba-raba permukaan batu tersebut sampai
ahirnya ia menemukan dua koin emas yang mungkin tengkoran tersebut lewatkan
semalam. Ia pun memasukan koin tersebut kedalam sakunya dan dengan terburu-buru
berjalan pulang menuruni bukit. Ketika
ia sampai di rumahnya, ia meletakan koin tersebut ke dalam kaoskaki dan
menyimpannya di dalam laci lemari.
Tukang
bersih bersih tersebut tidak pernah kembali lagi ke bukit tersebut meskipun
terkadang ia masih mendengar bunyi lonceng di malam hari. Ia percaya bahwa butuh
orang yang lebih beriman yang dapat mengambil uang Tuhan tersebut dan
melenyapkan hantu tengkorak yang menjaganya. Tetapi, ia tetap menggunkan uang
yang ia dapatkan dari koin-koin yang ia temukan untuk membiayai sekolah anaknya
dan sisanya untuk membeli sekop baru.
To read the story in English please click here
Comments
Post a Comment