Okasana
tinggal di sebuah rumah kecil di pinggiran desa bersama dengan ayah, ibu tiri,
dan saudara tirinnya. Ibu tirinya tida menyukai Okasana, namun I a sangat
menyayangi anak kandungnya yaitu. Olena. Okasana
telah merasa bahwa setelah ayahnya menikah dengan ibu tirinya, segala pekerjaan
rumah dilimpahkan kepadanya hingga ia merasa seperti ia tidak memiliki waktu
istirahat. Ayah Okasana bukanlah tipe ayah yang tegas, ia tidak bisa berbuat
tegas dengan istri barunya tersebut.
Okasana diperlakukan dengan semena-mena
oleh ibu tirinya. Ia dipaksa memakai baju Olena yang sudah using, dipaksa
berendam di di tengah dinginya malam hingga tangannya memerah dank eras.
Sedangkan di lain pihak, Olena dimanjakan dengan amat sangat, tidak ada yang ia
lakukan setiap hari kecuali bersenang-senang dan pergi ke pesta.
Suatu
hari, musim dingin datang dengan membawa suhu yang sangat dingin. Keluarga
Okasana kehabisan uang. Ibu tiri Okasana mulai mendesak suaminya untuk mengusir
Okasana dari rumah, dengan alasan bahwa mereka tidak bisa membiayai hidup dua
orang gadis di rumah tersebut. Karena saking tidak tegasnya, Ayah Okasana
menyetujui permintaaan tidak masuk akal istrinya tersebut. Ia pun tidak menceritakan
rencananya pembuangan itu ke Okasana. Keesokan harinya, ia mengajak Oksana
kedalam sebuah gubuk di tengah hutan. Sesampainnya disana, ia pun angsung
berlari pergi meninggalakan Okasana.
Okasana
sangat ketakutan. Suasana hutan sangat sunyi dan kabar beredar bahwa hutan
tersebut dihuni oleh para monster dan hantu. Tetapi Okasana tidak kehilangan
akal, ia kemudian masuk ke dalam gubuk. Di tangannya, ia menenteng bundelan
kecil yang ayahnya berikan. Sesamapainya di dalam gubuk tersebut, ia menemukan sebuah
tungku, meja yang kakinya tidak rata, dan juga panci yang usang. Okasana
membuka bundelan yang ia bawa. Ia mengeluarkan roti, pisau, dan keju dari
bundelan tersebut, dan kemudian melipat kain bundelan tersebut dan meletakannya
di dekat tungku. Kemudia ia mengumpulkan ranting ranting kecil di sekitar gubuk
dan menyalakan api.
Okasana
sadar bahwa roti dan keju yang ia bawa tidak akan bertahan sepanjang musim
dingin. Ia pun tak kehabisan akal. Ia membuat perangkap dari dahan pohon untuk
berburu kelinci. Ia juga berusha mencari makanan dengan menggali tumpukan
salju. Dan ia berhasil menemukan beberapa umbi-umbian dan buah beri.
Ketika
malam menjelang, Oksana telah mendidihkan air yang ia guakan untuk minum dan
juga untuk memasak. Kemudian setelah ia makan malam, ia akan berbaring di dekat
perapian, mendengarkan deru angina musim dingin dan bersikap seolah-olah ia
tidak takut dengan kegelapan malam.
Di
tengah malam, ketika Okasana tertidur, terdengar sebuah ketukan.
Tok,
tok, tok
Bunyi
ketukan itu begema di dalam gubuk. Okasana terbangun, seketika jantungnya
berdegup kencang karena ketakutan. Suara ketukan itu terdengar lagi.
Tok,
tok, tok
Pikiran
Oksana langsung membayangkan tentang monster.Ia kemudian bersembunyi di balik
selimut dan berdoa agar suara itu pergi
Tok
tok tok
Okasana
lalu bangkit dari dalam selimut, ia mengambil batang kayu. Ia mengendap ke arah
pintu. Suara angina berderu masuk melalui cerobong asap.Okasan lalu membuka
pintudengan cepat. Ia tidak melihat siapa pun di luar kecuali gelapnya malam.
Jantungnya berdegup lebih kencang karena ketakutan. Okasana memfokuskan
pandangannya kemudian ia melihat kebawah. Okasana langsung menjatuhkan batang
kayu yang dibawanya, ia berjalan mundur dengan gemetar. Ia melihat hantu. Roh
jahat.
Ia
melihat sebuah kepala tanpa badan.
“Siapa
kau?” teriak Okasana ketakutan sambil memegan daun pintu dengan tangan yang
bergetar
“Aku
kepala sapi” balas mahluk tersebut
Okasana
kemudian melihat dengan jelas, mahluk tersebut adalah kepla sapi dengan
sepasang mata yang menakutkan.
“Aku
sangat lapar dan kedinginan. Bolehkan aku tidur di dekat tungku itu” kata kepla
sapi. Suaranya sangat lirih dan putus asa.
Okasana
mulai merasa tenang
“Tentu”
jawabnya
“Bisakah
kau memindahkan ku ke kedekat perapian itu” pinta kepala sapi itu. Okasana pun
melakukan apa yang ia pinta.
“Baiklah
letakan aku disini” pinta kepala sapi
Okasan
sangat tidak suka dengan gaya bicara kepla sapi yang suka memerintah. Tetapi ia
menahan amarahnya.
“Aku
lapar, beri aku makanan” pinta kepala sapi
Okasana
pun memikirkan cadangan makanannya yang tinggal sedikit. Tetapi ia tetap
memutuskan untuk memberikan kepala sapi itu makanan yang ia rencanakan untuk
sarapannay esok. Ia pun kemudian menyuapi kepala sapi itu.
“Aku
akan tidur sekarang” katanya. Tak ada ucapan terimakasih yang keluar dari
kepala sapi. Dan ia pun berbicara dengan nada yang keras. Tapi, Okasana tetap
memeralkuakn kepala sapi dengan baik. Ia memberikan selimutnya kepadanya.
Okasana pun melewati malam dengan kedinginan. Hanya mantel yang ia kenakan yang
memberikan sedikit kehangatan.
Keesokan
harinya, ketika Okasana terbangun ia mendapati Kepala sapi sudah tidak ada di
gubuknya. Ia pun melihat kea rah dimana kepla sapi itu tidur. Ia tidak percaya
dengan apa yang ia lihat. Tempat dimana kepala sapi itu tidur dipenuhi dengan
gaun gaun yang sangat indah. Ketika ia ngkat gaun-gaun itu, ia menemuka
tumpukan perhiasan di bawahnya.
Okasana
terkesima dengan apa yang ia lihat. Suara ayahnya kemudia menyadarkannya.
“Anakku,
aku datang”
Okasana
kemudian berlari kearah ayahnya dan memeluknya. Sang ayah mengatakan bahwa ia
telah melawan istrinya yang tidak ingin ia untuk menemuinnya. Ayah okasana pun
emminta okasana untuk kembali ke rumah. Okasana pun setuju.
Sebelum
mereka pergi, Okasana berkata “Papa, kemarilah, lihat ini” Okasana berkata
dengan kegirangan. Mengetahui apa yang putrinya dapatkan, sanga ayah pun tak
kalah senang.
Kemudian
mereka kembali kerumah. Sesampainya di desa, Okasana pun mendapat sambutan dan
penghormatan yang sangat hangat. Berita tentang keberanian ia tingal di dalam
hutan telah dengan cepat menyebar. Ia pun kemudian menikah setelah tak lama
tiba di desanya.
Mendengar
apa yang terjadi dengan Okasana, Olena pun merasa iri. Ia ingin mendapatkan
gaun dan perhiasa juga. Ia pun kemudian memutuskan untuk tinggal di kabin
dimana Okasa pernah tinggal. Olena pun berhasil bertemu dengan kepala sapi.
Tetapi, Olena tidak memberlakukan kepala sapi dengan baik. Dan bukannya
mendapatkan apa yang ia inginkan, ia malah mendapati semua baju yang dibawanya
menjadi usang dan barang lainnya berubah menjadi debu.
The English version of this
story is originally adapted from
http://americanfolklore.net/folklore/2010/07/cows_head.html
Oksana lived in a small house on the edge of town with her father, her stepmother and her stepsister. Oksana's stepmother disliked Oksana, favoring her true daughter, Olena.Soon after her father's remarriage, Oksana found that all the housework fell to her while Olena idled her days away. Oksana's father was a timid man, and could not bring himself to defy his wife. So Oksana wore Olena's cast off clothes, and her hands grew red and chapped from scrubbing in the cold, while Olena attended parties, growing lazy and spoiled.One year, when the winter snows were particularly fierce, Oksana's family ran out of money. Oksana's stepmother began nagging her father to send Oksana away, because they could not afford to keep two girls. Reluctantly, Oksana's father agreed. He took Oksana to a cottage deep in the woods and left her there.Oksana was very frightened. The woods were said to be filled with demons and monsters. But Oksana was also practical. She entered the cottage with her small bundle and found a fireplace, a lopsided table and a rusty old pot. Oksana put away the loaf of bread, the knife and the slab of cheese her father had given her. She folded the blanket and laid it near the fireplace. Then she collected wood and built a fire.Oksana knew the bread and cheese would not last her all winter. So she made a snare using the thin, flexible branches of the trees and caught a snow rabbit to eat. She also dug under the deep snow, and found some roots and berries for food.By dark, Oksana had melted water for drinking, and used the rest to make a stew. So Oksana ate well. Then she lay down near the fire for the night, listening to the wind howl and pretending to herself that she was not frightened of the woods.It was midnight when the knock came.Knock, knock, knock.It echoed hollowly through the dark cottage. Oksana woke with a start, her heart pounding in fear. It came again.Knock, knock, knock.Oksana thought of the monsters. She hid under her blanket, praying the thing would go away.Knock, knock, knock.Oksana rose, grabbing a branch. She crept towards the door. The wind howled eerily down the chimney. Oksana swallowed and swung the door open. There was nothing there. Her heart pounded fiercely as she stared out at the snow whipping about in the light of her small fire. Then she looked down. Oksana let out a shriek of terror and leapt back, dropping her stick. It was a demon. An evil spirit.It had no body!"Who are you?" Oksana stuttered, clutching the door with shaking hands."I am Cow's Head," it replied.Indeed, Oksana saw at once that it was. The head was brown, with curved horns and strange, haunted eyes."I am cold and hungry. May I sleep by your fire?" the Cow's Head asked. Its voice was cold and lifeless.Oksana gulped down her horror."Of course," she said."Lift me over the threshold," demanded the Cow's Head hollowly. Oksana did as she was bidden."Place me near the fire."Anger warred with compassion inside her, but compassion won. Oksana put it next to the fire."I am hungry," said the Cow's Head. "Feed me."Oksana thought of her meager food supply. The stew left in the pot was for her breakfast. She fed it to Cow's Head."I will sleep now," it said. There was no softening in its attitude toward her. Nonetheless, Oksana made it comfortable for the night, giving it her blanket and sleeping in a cold corner with only her cloak to keep her warm.When she woke in the morning, Cow's Head was gone. Where it had slept was a large trunk, filled with the most beautiful gowns she had ever seen. Under the gowns lay heaps of gold and jewels.Oksana stared blankly at the riches in front of her. Her father's voice roused her."Daughter, I am come."Oksana forgot the trunk in her joy. She ran into his arms. He had defied her stepmother to come and bring her back to their home."Papa, come see!" Oksana exclaimed as she pulled him into the cottage. Her words tumbled over each other as she explained.Her father took her home. She was honored in her town for her compassion and her bravery, and won scores of suitors. She married soon after her return from the cottage.Hearing Oksana's story, and seeing the riches she had received, Olena went to the cottage in the forest and spent the night there. But when Cow's Head appeared, she was too lazy to serve it. In the morning, all her gowns had turned to rags and her possessions to dust.But Oksana lived to a ripe old age in happiness and prosperity.
Comments
Post a Comment