Skip to main content

The King of the Ants|| Raja Semut || Chinese Folklore

Pada jaman dahulu kala, terdapat seoarang pelajar yang mengembara dari tempat tinggalnya menuju desa Emmet. Di desa tersebut, terdapat sebuah rumah yang diyakini warga sekitar , angker. Walaupun dipercaya angker, rumah tersebut memliki pemandangan yang indah, dan juga memiliki kebun yang cantik. Sang pelajar tersebut, pun lantas memutuskan untuk menyewa rumah tersebut.

Cerita Rakyat
Pada suatu malam, ketika sang pelajar sedang duduk-duduk membaca bukunya, segrombolan prajurit datang memasuki ruangan rumahnya. Mere adalah prajurit yang sangat kecil, dan kuda yang mereka tunggani juga hanya seukuran lalat. Merak juga mempunya elang dan anjing pemburu yang ukurannya hanya sebesar nyamuk dank kutu.

Mereka menuju kasur dang pelajar yang terletak di pojok ruangan, dan di sana mereka melakukan perburuan, dengan senjata mereka yaitu busur dan anak panah. Mereka pun menangkap banyak burung dan binatang buruan, dan binatang buruan yang dimaksud di sini adalah tak lebih dari butiran beras.

Ketika perburuan selesai, datanglah segerombolan prajurit yang berbaris embawa spanduk dan panji. Mereka membawa pedang yang mereka sematkan di pinggang dan menggengam tombak di tangan mereka. Mereka berhenti di arah barat laut kamar. Ratusan pelayan mengikuti mereka dari belakang. Mereka membawa tenda, panci, ceret, gelas, piring, meja, dan juga bangku. Sedangkan sebagian dari pelayan tersebut juga membawa makanan dan minuman , sedangkan sebagian yang lainnya berlari kearah depan untuk memastikan bahwa wilayah pemberhentian mereka dalam keadaan aman.

Sang pelajar ahirnya menyadari keberadaan mereka. Walaupun tubuh mereka yang kecil, sang pelajar dapat melihat gerakan mereka dengan jelas.

Tak lama kemudian, banner yang berwarna cerah muncul diantara kerumuna tersebut. Di belakang kibaran banner tersebut, muncul pimpinan mereka yang memakai topi berwarna merah tua dan pakaian yang berwarna ungu. Dia dikelilingi oleh pengawal yang berjumlah ribuan. 

Kemudian, seorang prajurit yang memakai penutup kepala besi dan menggengam kapak emas di tangannya berteriak dengan suara yang lantang”Yang ulia Raja telah datang, siapkan jamuan!"

Kemudian pimpinan yang tak lain adalah raja turun dari kuda dan menuju temapt perjamuan yang terletak di sebelah cawan. Cawan tersebut adalah sebenarnya cawan yang biasa digunakan oleh sang pelajar untuk menyimpan tinta yang ia gunakan untuk menulis. Tenda didirikan di samping cawan. Begitupula meja dan kursi, semuanya di atur untuk perjamuan. Raja kemudian duduk ditempat yang telah disediakan , dikuti dengan tamu agung lainnya. Musisi dan penari telah bersiap untuk memberikan hiburan. Setelah semuanya siap, para penari mulai menari diikuti oleh suara music yang pelan tetapi melodi music tersebut dapat didengar dengan jelas. Suara percakpan dapat didengar oleh raja dan para tamu agung, karana suara music yang tidak terlalu keras.

Setelah menhabiskan 3 jamuan, sang raja pun berdiri dan merteriak lantang ‘Cepat siapkan jari dan jalan bagiku. Aku ingin memancing”

Kemudian para pelayan, menyiapkan jarring dan membuat jalan di sekitar cawan tersebut. Kemusian sang raja meulai memnacing dan ia mendaptkan lusinan ikan.

Kemudian ia memerintakan kepala dapur untuk memasakan ikan hasil tangkapannya. Resep special pun disiapkan, dan ikan mulai dibakar. Aroma ikan pangganpun langsung memenuhi ruangan.

Kemudian sang raja mulai menghibur dirinya dengan berkata kepada sang pelajar dengan nada mengejek “Aku memang tidak tahu bagaimana caranya menulis, aku juga tidak tahu tentang ilmu pengetahuan, tetapi aku adalah raja yang sangat di hormati. Sedangkan dirimu, kau adalah pelajar yang menghabiskan sisa hidupmu untuk dengan buku-bukumu, tetapi kau tetap miskin dank au tidak memiliki apa-apa. Jika kau mau, kau dapat menjadi pelayanku, dan aku akan memberika makanan kepadamu”

Sang pelajar marah mendengar apa yang sang raja katakana. Ia pun mengambil buku dan melemparkannya ke arah raja dan prajuritnya. Mereka pun tercerai berai, terseok-seok dan berlari menuju pintu. Sang pelajar mengikuti mereka yang berlari berhamburan memasuki sebuah lubang. Sang pelajar lantas menggali tanah dimana lubang tersebut terletak, dan ia menemukan sarang semut yang besar. Kemudian ia menyalakan api dan mengarahkannya ke sarang semut tersebut. Ratusan ribu semut berwarna hijau berhamburan meninggalkan sarangnya dan tidak pernah kembali lagi.

Catatan: Cerita ini diambil dari Tang Dai Tsung Schu

The original English version of this story is taken from here! 


Once upon a time there was a scholar, who wandered away from his home and went to Emmet village. There stood a house which was said to be haunted. Yet it was beautifully situated and surrounded by a lovely garden. So the scholar hired it. One evening he was sitting over his books, when several hundred knights suddenly came galloping into the room. They were quite tiny, and their horses were about the size of flies. They had hunting falcons and dogs about as large as gnats and fleas.

They came to his bed in the corner of the room, and there they held a great hunt, with bows and arrows: one could see it all quite plainly. They caught a tremendous quantity of birds and game, and all this game was no larger than little grains of rice.

When the hunt was over, in came a long procession with banners and standards. They wore swords at their side and bore spears in their hands, and came to a halt in the north-west corner of the room. They were followed by several hundred serving-men. These brought with them curtains and covers, tents and tent-poles, pots and kettles, cups and plates, tables and chairs. And after them some hundreds of other servants carried in all sorts of fine dishes, the best that land and water had to offer. And several hundred more ran to and fro without stopping, in order to guard the roads and carry messages.

The scholar gradually accustomed himself to the sight. Although the men were so very small he could distinguish everything quite clearly.

Before long, a bright colored banner appeared. Behind it rode a personage wearing a scarlet hat and garments of purple. He was surrounded by an escort of several thousands. Before him went runners with whips and rods to clear the way.

Then a man wearing an iron helmet and with a golden ax in his hand cried out in a loud voice: “His Highness is graciously pleased to look at the fish in the Purple Lake!” Whereupon the one who wore the scarlet hat got down from his horse, and, followed by a retinue of several hundred men, approached the saucer which the scholar used for his writing-ink. Tents were put up on the edge of the saucer and a banquet was prepared. A great number of guests sat down to the table. Musicians and dancers stood ready. There was a bright confusion of mingled garments of purple and scarlet, crimson and green. Pipes and flutes, fiddles and cymbals sounded, and the dancers moved in the dance. The music was very faint, and yet its melodies could be clearly distinguished. All that was said, too, the table-talk and orders, questions and calls, could be quite distinctly heard.

After three courses, he who wore the scarlet hat said: “Quick! Make ready the nets and lines for fishing!”
And at once nets were thrown out into the saucer which held the water in which the scholar dipped his brush. And they caught hundreds of thousands of fishes. The one with the scarlet hat contented himself with casting a line in the shallow waters of the saucer, and caught a baker’s dozen of red carp.

Then he ordered the head cook to cook the fish, and the most varied dishes were prepared with them. The odor of roasting fat and spices filled the whole room.

And then the wearer of the scarlet hat in his arrogance, decided to amuse himself at the scholar’s expense. So he pointed to him and said: “I know nothing at all about the writings and customs of the saints and wise men, and still I am a king who is highly honored! Yonder scholar spends his whole life toiling over his books and yet he remains poor and gets nowhere. If he could make up his mind to serve me faithfully as one of my officials, I might allow him to partake of our meal.”

This angered the scholar, and he took his book and struck at them. And they all scattered, wriggling and crawling out of the door. He followed them and dug up the earth in the place where they had disappeared. And there he found an ants’ nest as large as a barrel, in which countless green ants were wriggling around. So he built a large fire and smoked them out.

Note: This charming tale is taken from the Tang Dai Tsung Schu.
 



Comments

Popular posts from this blog

Contoh Soal Argumentative Text dan Kunci Jawabannya (Floating Breakfast)

Halo sahabat kebuncerita apa kabar? Pada kesempatan kali ini, kami akan memberikan contoh soal argumentative text . Contoh soal ini dapat kalian gunakan untuk melatih kemampuan membaca kalian ataupun dapat juga digunakan sebagai bahan latihan membaca murid di dalam kelas. Jangan lupa untuk mencantumkan sumbernya jika kalian ini menggunakan contoh soal reading ini.   Baca Juga:  Contoh Soal Narrative Text dan Kunci Jawabannya (The Man, The Boy and The Donkey) Baca Juga :  Contoh Soal Narrative Text dan Kunci Jawabannya (The Grasshoper and The Toad)   The floating breakfast via https://cococollection.com If you follow luxury resorts or travel influencers on Instagram, odds are good that you have seen at least one "floating breakfast." In case you are not familiar with them, here is what to know: they are your typical upscale hotel room service breakfast -- think toast, fruit, coffee, and the like -- served in a pool or hot tub instead of in bed. Usually, they are placed

Contoh soal test TOEFL dan Pembahasannya |Set 3

Halo sahabat Kebun Cerita, apa kabarnya? Pada kesempatan kali ini, kami akan memberikan contoh soal TOEFL dan cara pengerjaannya. Contoh soal test Bahasa Inggris ini diadaptasi buku Barron’s How to Prepare the TOEFL. Contoh soal TOEFL ini dapat kalian gunakan sebagai bahan latihan untuk mengukur kemampuan grammar Bahasa Inggris kalian. Selamat membaca dan mengerjakan.  Contoh soal Test TOEFL dan Pembahasannya | Set 1 Contoh soal Test TOEFL dan Pembahasannya | Set 2 Contoh soal Test TOEFL dan Pembahasannya | Set 3 via https://wallpaperaccess.com 1.     … small specimen of the embryonic fluid is removed from a fetus, it will be possible to determine whether the baby will be born with birth defects. a.      A b.     That a c.      If a d.     When it is a 2.     To generate income, magazine publishers must decide whether to increase the subscription price or… a.      to sell advertising b.     if they should sell advertising c.      selling adve

The Legend of Putri Cermin Cina || Jambi Folklore (English Version)

This Folklore or Cerita Rakyat happened in a place in Jambi Province, Indonesia. The story tells about the life of Putri Cermin Cina. This story is written in English and to read story in Bahasa Indonesia please click here! Long time ago, there was a kingdom in Jambi that was ruled by a king named Sultan Mambang Matahari. Sultan Mambang Matahari had a son named Tuan Muda Selat and a daughter named Putri Cermin Cina. The son of the king was handsome but he was such a reckless boy while the daughter is beautiful. She had a white skin like a Chinese girl and because of the skin she had then she was call “Putri Cermin Cina”. One day, a well-known merchant visited the kingdom. That merchant name was Tuan Muda Senaning. He and his crews visited the kingdom because they had some trade business. The arrival of Tuan muda Senaning was welcome kindly by the king. The king then welcomed Tuan Muda Senaning with a banquette. Together with his son and his daughter, the king asked Tuan mu