Note: Kisah seram nyata ini
terjadi di rumah lama teman penulis yang bernama Rizka sekitar 12 tahun yang
lalu. Kejadian seram nyata ini terjadi rumahlamanya yang sekarang dikontrakan.
Rumah bercat putih berlantai dua ini sempat memberikan cerita mistis tersendiri
bagi Rizka dan anggota keluarganya atau juga bagi pembantu yang pernah bekerja
di rumah. Bagaimana kisah ini? SIlahkan simak selengkapnya di bawah ini!
Namaku Rizka, aku anak ke
dua di keluargaku. Sekitar 12 tahun yang lalu, kejadian aneh sempat mewarnai
rumah yang aku tinggali bersama dengan orangtua, adik, dan om ku (adik dari
ibu). Walaupun aku sendiri tidak sempat merasakan kehadiran “nya” tetapi
anggota keluargaku yang lain sempat mengalaminya.
A. Barang-Barang Antik Bali
Ayahku adalah lulusan
pendidikan Bahasa Inggris. Melalui kemampuan Bahasa Inggris inilah ia membuka
bisnis travel Jakarta-Bali sejak ia muda sekitar tahun 1987 sampai sekarang.
Saat ia muda, ia bisa pergi dari Jakarta-Bali hingga dua kali dalam setahun. Ia
mengajak rombongan travel ke Bali saat summer holiday atau saat new holiday.
Karena seringnya pergi ke
Bali, otomatis ayahku membeli barang-barang buatan bali sebagai oleh-oleh, dan
salah satu barang-barang yang ia beli adalah kerjainan tangan atau handicraft
dari Bali. Ia banyak membeli patung-patung pahatan kayu dari Bali seperti
patung-patung hewan, atau pahatan bunga-bungaan.
Selain pahatan, ia juga
membeli banyak lukisan yang dbuat oleh seniman Bali di sana. Lukisan yang ia
beli tidak hanya satu atau dua tetapi banyak, Lukisan yang ia beli bergambarkan
gambar yang menurutku biasa saja bukan gambar seram seram. Lukisan yang
kemudian ayahku pajang di setiap sudut rumah itu bergabar bunga, phon-pohon,
atau burung.
Pernah dahulu, ayahku
membeli dupa yang biasa masyarakat Bali yang notabene banyak beragama Hindu
gunakan untuk bersembahyang atau untuk sesajen. Ayahku membeli dengan alasan
karena wangi dan untuk mengharumkan ruangan di dalam rumah. Setelah membeli
itu, ayahku sering membakarnya di ruangan rumah dan memang rumah ku tercium
harum.
B. Rontokan Rambut Panjang
Seperti yang sudah aku
jelaskan di atas, rumahku adalah tipe rumah berlantai dua. Di lantai bawah
terdapat ruaang tamu, dapur, kamar tidur orang tua ku dan kamar tidurku dan
kamar tidur adikku dan beberapa ruangan lainnya. Sedangkan di lantai dua
terdapat tiga ruangan yang berfungsi sebagai kamar. Kamar itu berderet mulai
dari yang ujung dekat jendela yaitu kamar om ku (adik dari ibu), kamar bagian
tengah yaitu kamar kosong, dan kamar sebelah kamar kosong yaitu kamar kakakk.
Kejadian ini terjadi pada
suatu malam saat om ku baru pulang kerja. Om ku yang masih bujangan pada waktu
itu pulang larut di saat yang lain sudah tidur. Setelah masuk melalui pintu
masuk yang terletak di ruang tamu, om ku pun langsung menuju ke kamarnya yang
berada di lantai dua melalui tangga ruamah yang berwarna coklat terbuat dari
kayu. Ia pun langsung menuju kamarnya yang terketak di ujung. Sesampai di dalam
kamar, om ku terheran-heran karena banyak rontokan rambut di kamarnya. Ia pun
mengambil rontokan rambut yang setelah ia periksa ternyata panjang.
Om pun berpikir tentang
rontokan rambut siapa ini. Perlu diketahu pada saat itu, aku kakak ku, adikku
dan ibuku tidak berambut panjang. Rambut kami hanya sebahu sedangkan rambut
yang ditemukan om ku berukuran sangat panjang mungkin bila diukur rambut itu
bisa sebatas pinggang.
Tak ingin ambil pusing, ia
pun langsung mengambil sapu yang terletak di luar kamarnya dan menyapu rontokan
rambut itu dan membuangnya ke kotak sampah.
Malam berikutnya omku
pulang larut lagui karena memnag pekerjaannya yang menuntutnya untuk pulang
tengah malam. Om ku pun kembali menemukan potongan rambut dengan ukuran yang
sama seperti malam sebelumnya. Rontokan rambut itu terlihat sampai beberapa
malam berikutnya. Om ku tidak cerita saat kejadiaan itu terjadi. Ia
menceritakan kejadian itu berbulan-bulan setelahnya.
C. Suara Tangisan Perempuan di
Lantai Dua
Kejadian ini terjadi
setelah kejadian rontokan rambut. Dan kejadian itu menimpa orang yang sama
yaitu omku.
Malam hari, sperti biasa om
ku pulang larut malam dari tempat kerjanya. Sesampainya di rumahku, om ku
melihat kondisi rumah yang sepi yang memang seperti biasa saat ia pulang kerja.
Semua anggota keluarga ku sudah tidur.
Om ku menaiki tangga ke
lantai dua, tak ada yang aneh, taka da perasaan apa-apa yang omku rasakan
ketika menaiki tangga itu, Sesampainya di anak tangga teratas, om ku pun
langsung menuju kamar nya di ujung ruangan di dekat jendela dan menghadap ke arah
jalan.
Om ku mengambil kunci kamar
dari sakunya dan membuka pintu kamarnya. Baru saja, ia memegang handle pintu
ketika ia tiba-tiba mendengar suara sesengguka wanita. Ia mengatakan suara itu
mirip wanita yang sedang menangis. Penasaran, om ku pun mencari arah suara
tersebut. Saat itu om ku mengira suara itu berasal dari suara kakaku yang masih
SMA, om ku mengira kakakku sedang menangis. Ia pun mengetuk pintu kamar
kakakku.
“Ran, Ran!” panggil om ku
saat ia mengetuk pintu kamar kakaku
Tak ada sahutan. Om ku pun
mengetuk pintu kamarnya lagi. Kali ini ia mendengar suara kaki melangkah dari
dalam kamar menuju ke pintu
“kreek” kakaku membuka
pintu dengan mata merah dan rambut acak-acakan seperti orang yang baru bangun
tidur.
“Ada apa?” tanya kakku
singkat
“Ngapain nangis?” tanya om
ku langsung
Kakakku mengerenyitkan
dahinya. Ekspresi bingung terlihat di wajahnya.
“Nangis? Siapa yang nangis?
Orang tidur dari tadi kok” kata kakakku
Om ku pun langsung kembali
ke kamarnya setelah kakakku menutup kembali pintu kamarnya. Kamar omku tidak
memiliki penerangan yang terang. Lampu yang ia pasang di kamarnya lampu berwarna
kuning bukan putih. Ia memilih warna lampu seperti itu karena ia memang tidak
suka ruangan yang terlalu terang. Om ku pun langsung merebahkan diri di kasur
pada malam itu. Tetapi baru sekitar 10 menit, ia kembali mendengar suara
sesenggukan lagi. Ia pun kembali keluar kamar untuk memastikan suara siapa itu.
Ia keluar kamar dan
melangkah ke arah kamar kakakku tapi suara tersebut seperti tidak berasal dari
suara kakaku. Ia berhenti sejenak, mendengarkan suara tangisan dengan lebih
seksama. Ia pun mendengar suara itu seperti beasal dari kamar kosong . Ia pun mendekat ke kamar tersebut. Suaranya semakin
jelas dari kamar tersebut. Om ku melihat ke arah ventilasi pintu kamar.
Terlihat gelap dan ia mencoba membuka pintu kamar, terkunci. Sura tersebut
masih ada, sampai om ku mengetok pintu kamar tiba –tiba suara tangisan itu
menghilang. Om ku pun bingung dan merinding, ia buru buru lari ke kamarnya dan
mengunci diri. Ia berpikir siapa wanita yang malam-malam menangis sesenggukan
di ruangan terkunci.
Terror belum habis malam
itu, ketika kamar om ku ia kunci, tiba tiba ia melihat gumpalan hitam
menggantung di pjok kamarnya. Gumpalan hitam itu pun mengurai membentu seperti
rambut panjang yang melayang di pojok kamarnya. Om ku pun sangat ketakutan ia
mencoba menggapai handle pintu , setelah tergapai, ia pun mencoba membukanya.
Omku lupa kalau ia telah mengunci pintunya dan kunci tersebut ia letakan di
meja yang teletak di pojok ruangan dimana rambut panjang itu menggantung. Om ku
hanya bisa teduduk lemas di pohok ruangan tidak bisa melakukan apa-apa. Ia pun
melihat rambut hitam itu terbang menuju jendela kamarnya dan keluar melalui
ventilasi kamarnya. Om ku terjada pada malam itu sampai pagi dan paginya ia
tidak mengatakan kejadian itu kepada siapa pun.
D. Pembantu Pulang tiba-Tiba
dan Penerawangan Teman Kakakku
Pernah, ibuku mempekerjakan
seorang pembantu untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumahnnya. Pembantu
yang ibuku datangkan pada waktu itu adalah seorang ibu ibu berumur sekitar 40
tahunan. Sebelum adanya pembantu, ibuku berbagi tugas dengan ayahku untuk
mencuci baju di ruang cuci yang terletak di atas di samping kamar kakakku.
Tetapi semenjak ada pembantu baru, ia yang mengerjakan semuannya.
Aku memanggilnya bibi. Hari
pertama bibi bekerja, ia di kagetkan dengan ruangan tempat cuci yang sudah
terbuka pada waktu subuh. Sedangkan ia lihat saat itu belum ada anggota
keluargaku yang keluar kamar. Selain pintu tempat pencucian, pintu yang menuju
ke teras atas juga telah terbuka lebar. Siangnya, ia menanyakan masalah pintu
terbuka , dan taka da satu anggota keluarga kupun yang merasa membuka pintu.
Keesokan harinya, tanpa
memberikan alasan yang jelas, bibi pun tiba tiba “pamitan” untuk pulang dan
tidak bekerja lagi.
Melihat kepergian bibi, om
ku pun menceritakan tentang pengalaman menyeramkan yang pernah ia alami beberap
malam silam. Kakakku pun bercerita tentang keanehanyang terjadi di rumah kami
kepada salah satu teman SMA yang ia tahu punya “kemampuan” untuk melihat apa
yang “tidak seharusnya terlihat.” Teman kakakku itu pun mengatakan kepada
kakakku kalau di tangga rumah kami terdapat sosok perempuan berambut panjang
yang ia yakini adalah perwujudan dari lelembut dari daerah Bali. Menurutnya, Lelembut
itu menghuni di bagian bawah tangga tersebut. Seak diceritakan hal itu, kakakku
pun tidak mau lagi tidur di kamarnya di lantai atas. Ia lenih memili tidur
bersamaku.
Catatan
·
Tak
lama setelah kejadian “rambut terbang om ku menikah dan pindah. Kamarnya
dibiarkan kosong sampai beberapa saat sampai aku menempatinya.
· Selama
menempati kamar di bagian atas, aku tidak pernah melihat atau mengalami hal-hal
yang aneh. Mungkin hanya sleep paralyze atau “rep-repan” atau “ketindihan”.
· Ibu
Ki Prana (bila kalian suka nonton acara jejak paranormal di salah satu TV Swasta kalian akan tau ki Prana) pernah nginep di
rumahku. Ibuku dan ibu ki Prana masih sepupu. Ketika ibuku menyuruhnya untuk
tidur di atas, awalnya ia menolak walau ahirnya mau. Tetapi ia memilih tidur di
luar ruangan. Ketika di tanya kenapa ia tidur di luar ruangan ia tidak
mengatakan alasan yang jelas
· Terkadang
sering terdengar suara orang berjalan di lantai atas, walaupun pada saat itu
sedang tidak ada orang di atas
· Kami
sekarag telah pindah ke rumah baru yang letaknya 20 meter dari rumah lama . Rumah
lama telah ayahku sewakan ke orang lain
·
Penulis
pernah datang ke rumah Rizka saat buka puasa bersama.
· Rumah
Rizka pernah di sewakan kepada seorang arsitek yang anaknya sedang berada di
kelas 9 SMP. Penulispun di minta menjadi guru private yang mengajar di rumah
anak tersebut. Dengan kata lain, penulis pernah bolak-balik masuk ke rumah lama
Rizka, dan penulis pernah melihat penampakan tangga berwarna coklat tersebut.
Penulis tidak merasakan apa-apa pada waktu itu
Sekian kisah seram nyata
yang penulis dapat dari sahabat penulis. Semoga kisah seram nyata ini menambah
khazanah kisah seram yang pembaca punya. Terimakasih sudah mampir, dan sampai
jumpa di kisah seram nyata berikutnya.
Punya Kisah Seram? Mau berbagi dengan kami. Silahkan kirimkan cerita kalian ke ikhasbany@gmail.com
Terimakasih.
Sugeee ... Kok rizka gak ceritaaa ... :)
ReplyDeleteSeru amat gan, jadi sereeem...
ReplyDeleteKunjung balik ya?
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete