Daftar
Cerita
1. Brabo and the Giant || Brabo dan Sang Raksasa (Bahasa Indonesia || Chapter 1)
Setiap
hari, setiap kapal yang lewat harus menghampiri kastil sang raksasa dan
membayar biaya masuk baik itu si miskin atau si kaya, semua sama saja. Bila ada
kapten yang menolak, dia akan membawa sang kapten ke tepian sungai dan
meletakan tangan sang kapten ke atas sebuah balok lalu memukulnya dengan
gadanya hingga putus, lalu melemparkannya ke dalam sungai. Dan bila ada kapten
yang tidak membayar karena ia tidak memiliki uang, maka kapten tersebut akan di
masukan ke dalam penjara bawah tanah dan ditanah sampai ada teman atau kerabat
kapten tersebut yang membayarkan tanggungan kapten tersebut kepada sang
raksasa.
Karena
hal ini, maka kota tersbut mendapatkan reputasi yang buruk. Para kapten kapal
dari perancis maupun Spanyl tidak ada yang melewati rute ini lagi. Para penjual
berkurang penghasilannya, mereka pun menjadi miskin, dan bertambah miskin dari
hari ke hari. Dan beberapa dari pedagang tersebut memutuskan untuk meninggalkan
kota dengan berlayar secara diam-diam di tengah malam.
Tetapi
malangnya, anak buah sang raksasa selalu terjaga di tengah malam. Mengetahui
ada kapal yang berusaha kabur, dia pun lanmgsung menghentikan kapal tersebut.
Dia menyeret sang kapten, memenggal kepalannya dan membuangnya ke dalam
sungai. Dan penduduk, yang mereka
temukan menumpang di dalam kapal, dia lemparkan ke dalam penjara bawa tanah dan
juga memotong ibu jarinya.
Kemakmuran
pun sirna dari kota tersebut, karena pedagang asing tidak ada lagi yang mau
singgak lagi. Mereka takut akan ancaman raksasa tersebut. Reputasi kota
tersebut makin memburuk. Kota tersebutpun dijuluki Hand Warpen atau Hand
Throwing oleh orang Jerman dan dijuluki Antwerp oleh orang Belanda, arti dari
kata itu adalah pemotong tangan. Pangeran Brabant, penguasa negeri tersebut,
mendatangi benteng raksasa tersebut dan menyuruh raksasa tersebut untuk
menghentikan tindakannya.
Raja
tersebutpun mengacungkan kepalan tangannya kearah hidung raksasa tersebut dan
mengancam akan menyerang dan membakar kastil raksasa tersebut apabila tidak
menghentikan tindakannya. Tetapi Antignus menjentikan jarinya dan tertawa. Dia
tidak mengindahkan kata-kata Raja Brabant, dia pun membangun bentengnya agar lebih
kuat.
Dia
tetap meminta biaya kepada kapal yang lewat, membuang awak kapal yang tidak
membayar ke dalam penjara bawah tanah, memotong tangan para kapten dan
membuangnya ke dalam suang. Ikan di dalam suangaipun tumbuh besar dan subur
karena banyaknya potongan tubuh manusia yang dibuang ke dalam sungai.
Tetapi,
di kota tersebut, hiduplah seorang pemberani yang bernama Brabo. Brabo tinggal
di provinsi Brabant. Dia sangat mencintai tanah kelahirannya, dia mencintai
bendera negaranya yang berwarna kuning, hitam, dan merah, dia pun setia kepada
rajanya. Brabo sering memerhatikan dan mengamati kastil raksasa tersebut, dan
diapun menemukan sebuah jendela yang apabila ia memanjatnya itu akan
mengantarkannya ke kamar sang raksasa.
Ia
pun mengahdap sang raja, menyampaikan rencana dan meminta bala bantuan prajurit
kerajan. Brabo mengatakan ia mempunyai rencana dimana ia ingin prajurit
kerajaan menyerang gerbang kastil sedangkan ketika penjaga gerbang disibukkan
dengan serangan, ia akan memanjat raksasa tersebut melalui jendela. Brabo
mengatakan kepada Raja bahwa raksasa tersebut tidak lebih dari seorang
bulle-wak (A bully and boaster / seorang pengancam dan pembual). Dan kita
harusnya memanggilnya bulle-wak bukan Antigonus.
Sang
raja pun setuju dengan rencana Brabo. Di Malam yang pekat, Raja mengutus seribu
prajurit dan orang orang terbaiknya dalam peperangan. Sang Raja pun membawa
bendera kerajaan, tetapi ia tidak membawa gendering atau terompet karena benda
itu dapat menimbulkan kegaduhan yang akan menarik perhatian penjaga gerbang.
Rombongan
itupun mencapai hutan di dekat kastil. Mereka menunggu hinga tengah malam.
Seluruh anjing di kota telah ditangkap dan dikurung dan mereka telah diberikan
banyak makan hingga mereka kekenyangan dan tertidur, Dengan tertidurnya
anjing-anjing tersebut, maka dapat dipastikan tidak akan ada gonggongan anjing
yang mungkin dapat membangunkan raksasa tersebut.
Setelah
sinyal diberikan, ribuan prajuritpun berjalan kearah gerbang dengan membawa
tiang kapal atau batang pohon. Mereka berusaha untuk mendobrak pintu gerbang
dengan alat tersebut. Pendobrakan berlangsung alot karena pintu gerbang yang
sangat kuat. Namun setelah berjuang dengan keras, pintu gerbang tersebut
terdobrak dan para prajurit pun langsung berhamburan ke dalam.
Setelah
mereka masuk, merekapun langsung menuju ruang tahan bawah tanah. Dengan membawa
lilin sebagai penerang mereka berusaha menemuka dimana para thanan berada.
Setelah menemuka keberadaan para tahanan, merekapun langsung membebaskan
tahanan tersebut. Keadaan para thanan tersebut sangat menyedihkan. Tubuhnya
sangat kurus, mereka kelaparan, pucat dan mereka pun susah untuk berdiri.
Selain para tahanan, mereka juga membebaskan bnatang peliharaan thanan tersebut
yaitu anjing-anjing. Anjing-anjing yang telah dikurung disana beragam mulai
dari anak anjing sampai anjing dewas. Setelah pintu kurungan mereka dibuka,
anjing-anjing tersebut pin langsung menggonggong dengan keras dan gembira.
Tetapi
dimana sang raksasa? Tak ada yang mampu menemukannya. Tidak para tahanan maupun
para pasukan tahu tentang keberadaannya.
Patung Bribo |
Cerita
ini disadur dari tempat ini!
Comments
Post a Comment